Linkkoe Jurnal: belajar
Tampilkan postingan dengan label belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label belajar. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Oktober 2023

Menggali Pelajaran dari Metode Belajar Mengajar di Sekolah Seluruh Dunia

Linkkoe, Pendidikan, Metode Belajar Mengajar di Sekolah Seluruh Dunia


Linkkoe - Pendidikan: Pendekatan dalam metode belajar mengajar di sekolah bervariasi di seluruh dunia. Setiap negara memiliki sistem pendidikan yang unik dengan metode dan strategi yang berbeda untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa metode belajar mengajar menarik yang diterapkan di beberapa negara yang berbeda, serta bagaimana kita dapat belajar dari pengalaman mereka.

1. Pendekatan Holistik Finlandia

Finlandia dikenal memiliki salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia. Mereka menekankan pendekatan holistik yang fokus pada pengembangan pribadi siswa. Metode ini mencakup pengajaran yang santai, penilaian berbasis kompetensi, dan kurikulum yang fleksibel. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa setiap siswa merasa dihormati dan didukung dalam proses pembelajaran.

Kita bisa belajar dari Finlandia bahwa pentingnya mendukung perkembangan holistik siswa, bukan hanya prestasi akademis semata.

2. Model Blended Learning Amerika Serikat

Amerika Serikat telah mengadopsi model blended learning yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online. Metode ini memberikan fleksibilitas kepada siswa untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Ini juga membantu mengintegrasikan teknologi ke dalam pendidikan.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan adalah pelajaran yang bisa diambil, mengingat pentingnya digitalisasi dalam dunia saat ini.

3. Metode Cooperative Learning di Jepang

Jepang dikenal dengan metodenya yang mendorong kerja sama dan interaksi sosial antara siswa. Metode Cooperative Learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar bersama dan membantu satu sama lain. Ini mempromosikan pembelajaran yang berpusat pada siswa, keterlibatan aktif, dan perkembangan keterampilan sosial.

Pendekatan seperti ini menunjukkan pentingnya mempersiapkan siswa untuk kolaborasi dan keterampilan sosial di dunia yang semakin terhubung.

4. Pendekatan Kreatif di Swedia

Swedia mengadopsi pendekatan kreatif dalam metode pembelajaran mereka. Mereka memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri, dan guru diarahkan untuk menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Ini menciptakan suasana belajar yang menstimulasi kreativitas dan inovasi.

Metode ini mengajarkan kita untuk memberikan siswa kebebasan untuk mengejar minat mereka sendiri dan mendorong mereka untuk berpikir kreatif.

5. Pendidikan Moral di Singapura

Singapura memiliki pendekatan unik dalam mengajarkan nilai-nilai moral dan etika. Mereka mengintegrasikan pendidikan moral ke dalam kurikulum mereka, yang membantu siswa mengembangkan karakter dan etika yang kuat. Ini membantu dalam menciptakan warga yang peduli, bertanggung jawab, dan beretika baik.

Pendekatan ini mengingatkan kita akan pentingnya mengajarkan nilai-nilai moral dan etika dalam pendidikan.

Kesimpulan

Dengan menjelajahi metode belajar mengajar yang digunakan di berbagai negara, kita dapat mengambil pelajaran berharga. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tetapi fokus pada pengembangan holistik siswa, keterlibatan aktif, penggunaan teknologi, kreativitas, dan pendidikan nilai-nilai moral adalah elemen-elemen yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks pendidikan. Dengan belajar dari berbagai metode ini, kita dapat terus memperbaiki sistem pendidikan global untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik. (lk)

Sabtu, 27 Mei 2023

Hubungan Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik

Hubungan Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik


Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk masa depan suatu negara. Hasil belajar peserta didik tidak hanya mencerminkan keberhasilan sistem pendidikan, tetapi juga memengaruhi kemampuan mereka untuk bersaing di pasar kerja global dan berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin kompleks dan beragam (Rahmawati, 2021). Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik menjadi prioritas utama bagi banyak negara di seluruh dunia. Dalam hal ini, sistem pendidikan harus mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk sukses di masa depan (Dermawan et al., 2023). Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik perlu terus dilakukan. Dalam era digital seperti saat ini, multimedia menjadi salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pembelajaran (Armen & Rahmadani, 2018).

Penggunaan multimedia dalam pembelajaran telah menjadi topik penelitian yang menarik perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan teknologi multimedia dalam pembelajaran dan menentukan dampaknya terhadap hasil belajar peserta didik (Kurnia et al., 2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa multimedia dapat meningkatkan motivasi dan minat peserta didik dalam pembelajaran, serta memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik. Namun, meskipun penggunaan multimedia dianggap sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, masih ada beberapa perdebatan tentang efektivitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran (Prabowo et al., 2023). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa multimedia mungkin tidak selalu efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, terutama jika penggunaannya tidak direncanakan dengan baik atau tidak mempertimbangkan karakteristik peserta didik (Rambe et al., 2022).

Selain itu, penting untuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran (Suwarma et al., 2023). Faktor-faktor ini termasuk desain dan isi multimedia, metode pengajaran yang digunakan, karakteristik peserta didik, serta lingkungan pembelajaran yang tersedia. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan pengaruh faktor eksternal, seperti faktor sosial, budaya, dan ekonomi, yang dapat memengaruhi efektivitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran (Noormiyanto, 2020). Oleh karena itu, penggunaan multimedia dalam pembelajaran membutuhkan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Untuk memaksimalkan efektivitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan yang terus menerus untuk memperbaiki desain dan penggunaannya serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan multimedia dalam pembelajaran. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kemampuan teknologi multimedia yang digunakan dalam pembelajaran (Atmaja, 2021). Perkembangan teknologi yang pesat membuat banyak perangkat multimedia tersedia, namun tidak semua perangkat tersebut memiliki kemampuan yang sama. Selain itu, penting untuk memperhatikan bagaimana multimedia digunakan dalam konteks pembelajaran. Penggunaan multimedia harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan mendukung metode pengajaran yang digunakan (Kurnia et al., 2018). Jika penggunaannya tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tidak mendukung metode pengajaran yang digunakan, maka multimedia dapat menjadi distraksi dan tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Selain itu, penggunaan multimedia dalam pembelajaran juga perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik (Atmaja, 2021). Setiap peserta didik memiliki karakteristik dan gaya belajar yang berbeda, sehingga penggunaan multimedia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik untuk memaksimalkan hasil belajar mereka (Hanik Mahliatussikah, 2022). Dalam hal ini, pengajar juga memegang peranan yang penting dalam penggunaan multimedia dalam pembelajaran. Pengajar harus memiliki pemahaman yang baik tentang teknologi multimedia dan bagaimana menggunakannya secara efektif dalam pembelajaran (Lestari et al., 2021). Selain itu, pengajar juga harus mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dalam penggunaan multimedia dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi literatur tentang hubungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. Studi literatur ini akan membahas secara umum mengenai pengertian multimedia dan penggunaannya dalam pembelajaran, serta mengkaji penelitian-penelitian terdahulu tentang hubungan penggunaan multimedia dengan hasil belajar peserta didik. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Melalui penelitian ini, diharapkan juga dapat menemukan faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektivitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran dan memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi pengembangan teknologi multimedia dalam proses pembelajaran. Dalam kesimpulan penelitian ini, kami akan menyoroti kebaruan dari penelitian ini yaitu mengintegrasikan hasil-hasil penelitian sebelumnya untuk memperlihatkan secara holistik pengaruh penggunaan multimedia terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dengan fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitasnya. Selain itu, kami akan membahas implikasi dari temuan ini bagi pengembangan teknologi multimedia dalam proses pembelajaran serta merekomendasikan arah penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas penggunaan multimedia dalam pembelajaran.




Selasa, 05 Oktober 2021

Tiga Aspek yang Dapat Mempengaruhi Kualitas Proses Pembelajaran Dilihat dari Faktor Guru

Tiga Aspek yang Dapat Mempengaruhi Kualitas Proses Pembelajaran Dilihat dari Faktor Guru



Tiga Aspek yang Dapat Mempengaruhi Kualitas Proses Pembelajaran Dilihat dari Faktor Guru


Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran di kelas. Pada saat ini komponen guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Artinya bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi pembelajaran dirancang, apabila faktor kemampuan guru tidak mendukung untuk mengaplikasikannya maka strategi itu hanya bagus di atas kertas saja. 

Setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran. Peran guru yang sangat penting ini akan lebih terasa urgensinya pada anak usia pendidikan dasar, yang sangat mudah terpengaruh oleh berbagai media yang berkembang saat ini seperti: televisi, radio, komputer, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, di tingkat SD sangat memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.


Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning ). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Norman Kirby (1981) menyatakan : “one underlying emphasis should be noticeable: that the quality of the teacher is the essential, constant feature in the success of any educational system .”

Menurut Dunkin (1974) ada tiga aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu ‘teacher formative experience’, ‘teacher training experience’, dan ‘teacher properties’.

1) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini di antaranya meliputi tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat. Juga keadaan keluarga dari mana guru itu berasal, misalkan apakah guru itu berasal dari keluarga yang tergolong mampu atau tidak, apakah mereka berasal dari keluarga harmonis atau bukan.

2) Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat pendidikan, pengalaman jabatan, dan lain sebagainya.

3) Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru, kemampuan atau inteligensi guru, motivasi dan kemampuan mereka.

Dengan kata lain faktor guru dalam sistem pembelajaran salah satu faktor yang saat ini sangat dominan pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itulah maka standar nasional pendidikan menghendaki guru memiliki kompetensi profesional yang dibuktikan dengan lulus sertifikasi profesi guru.

Bagaimana seseorang pendidik dapat dikatakan profesional? Beberapa ahli mengemukakan sebagai berikut: Robert F. McNergney (dari University of Virginia) dan Carol A. Carrier (University of Minnesota) menyatakan ada dua tugas dan perilaku guru yang merupakan refleksi profesional dalam tugas: (1) mempunyai komitmen yang tinggi terhadap siswa (Commitment to the student) dan (2) mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi itu sendiri (Commitment to the Profession). Dalam perspektif lain, tetapi masih dalam arah konsep yang senada Glickman (1987) mengungkapkan dua indikator yang dapat menggambarkan refleksi sikap dan perilaku profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruannya. Kedua indikator tersebut adalah: (1) Teacher commitment (komitmen guru terhadap pelaksanaan tugas-tugas sebagai guru) dan (2) Teacher’s ability to think abstractly (kemampuan guru dalam memiliki wawasan dan perkembangan dirinya menjadi seorang tenaga ahli dengan kemampuan yang tinggi).

Di sisi lain pendidik juga harus memiliki kewibawaan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Langeveld mengemukakan ada tiga hal pembentuk kewibawaan yaitu: 

(1) “kepercayaan” (percaya diri sendiri dan percaya bahwa peserta didik bagaimanapun keadaannya dapat dididik), 

(2) “kasih sayang” yaitu adil dalam kasih sayang terhadap semua peserta didik, tidak ada anak emas dan sebagainya), dan 

(3) “kemampuan” (yaitu kemampuan pendidik dalam mengembangkan diri baik menyangkut kemampuan penguasaan materi bahan ajar maupun kemampuan dalam melaksanakan prosedur dan pendekatan proses pembelajaran).

Masalah guru/pendidik biasanya berkisar pada persoalan kualifikasi, kompetensi, kesejahteraan dan etos kerja serta komitmen profesi. Dalam kaitan dengan guru yang profesional seperti diuraikan di atas, Indra Jati Sidi (2001) mengungkapkan bahwa guru masa depan tidak hanya tampil sebagai pengajar (Teacher) seperti fungsinya selama ini yang menonjol, melainkan juga sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manajer belajar (learning manager).

Sebagai pelatih, guru mendorong peserta didik untuk bekerja keras dan mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, membantu menghargai nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai konselor, guru berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengandung rasa hormat dan keakraban dari siswa.

Sebagai manajer belajar, guru membimbing peserta didik untuk selalu belajar, mengambil prakarsa dan mengeluarkan ide-ide yang baik yang dimilikinya.

Copyright

Review

Food

pendidikan