Sendirian
Dia bercerita ke teman
perempuannya bahwa dia pernah punya pacar yang suka menyendiri. Dan itu
menyedihkan, karena mereka adalah sepasang kekasih. Secara teknis, pasangan artinya bersama. Tapi pacarnya itu malah lebih senang menghabiskan
waktu sendirian. Maka, suatu ketika dia bertanya, “Kenapa? Apa ada yang salah
denganku?”
Pacarnya menjawab,
“Tidak, kamu tidak salah apa-apa. Ini berkaitan dengan masa kecilku.”
Dia sama sekali tidak
mengerti. Sesuatu tentang masa kecil? Maka dia pun berusaha membuat analogi
dengan masa kecilnya sendiri, tapi hasilnya nihil. Semakin dia memikirkan, masa
kecilnya semakin tampak seperti lubang di gigi seseorang tidak sehat, tapi
bukan masalah besar, setidaknya bukan giginya yang berlubang. Dan gadis yang
senang menyendiri itu, belum juga mau menemuinya. Dan itu semua gara-gara masa
kecilnya! Masalah ini membuat dia kesal. Hingga akhirnya, dia sampaikan pada
pacarnya, “Kamu pilih: jelaskan apa masalahmu atau kita putus!” Pacarnya bilang
baiklah, dan mereka pun selesai sebagai pasangan kekasih.
Ogette Bersimpati
“Sungguh menyedihkan,”
kata Ogette. “Sedih dan, pada saat yang sama, mengharukan.”
“Terima kasih,” Nahum
membalas, lalu meminum jusnya.
Ogette melihat mata
Nahum basah, dan dia tidak ingin mengganggu, tapi pada akhirnya dia tidak bisa
menahan diri. “Jadi, sampai hari ini,” dia bertanya, “kamu belum tahu tentang
masa kecil yang menjadi sebab dia meninggalkanmu?”
“Dia tidak
meninggalkanku,” Nahum memperbaiki kata-kata Ogette. “Kami putus.”
“Ya, putus. Atau
apalah,” kata Ogette.
“Bukan apalah,’” Nahum
tidak terima, “ini hidupku. Bagiku, setidaknya, semua ini membuat perubahan
yang sangat berarti.”
“Dan sampai sekarang,
kamu tidak tahu apa yang terjadi di masa kecilnya hingga dia harus memulai
semua masalah ini?” Ogette mengulang pertanyaan.
“Tidak terjadi apa-apa
di masa kecilnya,” Nahum mengoreksi lagi. “Tidak ada yang memulai apapun–tidak
ada, kecuali kamu.” Dan setelah hening sebentar, dia menambahkan, “Oke, sesuatu
yang ada hubungannya dengan kulkas.”
Bukan Tentang Nahum
Saat pacar Nahum masih
kanak-kanak, orangtuanya tidak cukup sabar untuk mengasuh. Dia masih kecil dan
penuh energi, sedangkan mereka sudah tua dan sangat lemah. Pacar Nahum kecil
sering mengajak mereka bermain, mengoceh tentang banyak hal pada mereka, tapi
itu cuma bikin tambah jengkel mereka. Mereka tidak sanggup. Bahkan mereka tidak
punya cukup tenaga untuk sekadar memarahi agar dia tidak banyak bicara. Jadi,
alih-alih untuk marah, sisa-sisa tenaga mereka gunakan untuk mengangkat dan
mendudukkan dia di atas kulkas, lalu pergi kerja. Atau kemanapun mereka harus
pergi. Kulkasnya sangat tinggi, pacar Nahum tidak akan bisa turun. Dan
begitulah kejadiannya, dia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di atas
kulkas. Masa kecil yang menyenangkan. Saat di mana anak-anak lain mendapat
segala perlakuan buruk dan disakiti oleh kakak-kakak mereka, pacar Nahum duduk
di pinggiran kulkas, bernyanyi untuk dirinya sendiri, dan melukis gambar-gambar
imut di lapisan debu sekeliling dia. Pemandangan dari atas juga sangat indah,
ditambah ada rasa hangat di bagian pantatnya yang membuat nyaman. Sekarang,
saat beranjak dewasa, dia sangat merindukan masa-masa itu, masa di mana ia
sendirian. Nahum paham bagaimana pengalaman menyedihkan itu membentuk pribadi
pacarnya, sehingga dia pernah coba mengajak pacarnya bercinta di atas kulkas,
tapi gagal.
“Cerita yang sangat
indah,” Ogette berbisik, dan menyentuh lembut tangan Nahum.
“Benar,” gumam Nahum,
menarik tangannya. “Cerita yang sungguh indah, tapi itu bukan tentang aku.”
diterjemahkan dari cerpen berbahasa
inggris: The Girl on the
Fridge karya Etgar Keret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.