Menulis Kreatif ~ Etgar Keret - Linkkoe Jurnal

Jumat, 02 Agustus 2019

Menulis Kreatif ~ Etgar Keret





Cerita pertama yang ditulis Maya adalah kisah tentang dunia dimana orang-orang membelah diri menjadi dua alih-alih bereproduksi. Di dunia rekaannya ini, setiap orang bisa saja, dalam kesempatan tertentu, membelah dirinya menjadi dua sosok, tiap sosok berusia separuh dari sosok aslinya. Beberapa orang memilih untuk membelah diri pada usia yang cukup muda. Contohnya, seseorang berusia delapan belas tahun membelah dirinya menjadi dua orang berusia sembilan tahun. Beberapa orang menunggu sampai kondisi keuangan dan pekerjaannya cukup mapan dan membelah dirinya pada pertengahan usianya. Tokoh utama perempuan dalam kisah Maya tidak bisa membelah dirinya. Usianya telah mencapai delapan puluh tahun, dan meskipun menghadapi tekanan sosial ia memaksa untuk tidak membelah dirinya. Di akhir cerita, ia meninggal.


Kisah yang ditulis Maya sangat bagus, kecuali pada bagian akhir.


Ada sesuatu yang menyedihkan pada akhir cerita. pikir Aviad. Menyedihkan dan terlalu mudah ditebak. Tapi dalam pelatihan penulisan yang ia ikuti, Maya mendapatkan banyak pujian. Si Pengajar – Si Pengajar harusnya seorang penulis yang terkenal, namun Aviad belum pernah mendengar namanya – mengatakan bahwa ada sesuatu yang berbeda pada akhir cerita Maya meskipun kelihatannya biasa-biasa saja. Atau sampah yang lain lagi. Pujian itu membuat Maya benar-benar gembira. Ia kelihatan antusias ketika bercerita perihal ini kepada Aviad. Ia mengulangi apa yang dikatakan Si Pengajar sama seperti orang-orang mengutip ayat Alkitab. Aviad, yang sebelumnya telah menyarankan akhir cerita yang berbeda, mundur dengan alasan bahwa segala sesuatunya tergantung selera dan ia tidak terlalu mengerti hal-hal yang berkaitan dengan penulisan cerita.


Ide agar Maya mengikuti kelas menulis kreatif sebenarnya berasal dari ibunya. Kata Si Ibu, anak dari seorang temannya telah mengikuti kelas menulis kreatif dan sungguh menikmati kelas itu. Aviad sepakat karena menurutnya Maya perlu sering bepergian dan beraktivitas sendirian. Aviad bisa menyibukkan diri dengan pekerjaannya. tapi, sejak mengalami keguguran Maya tak pernah meninggalkan rumah. Setiap kali Aviad pulang ke rumah, Maya sedang berada di ruang tamu, duduk di sofa. Ia tidak membaca, tidak menonton televisi, bahkan tidak menangis. Ketika Maya ragu untuk mengikuti kelas menulis kreatif itu, Aviad tahu bagaimana cara membujuknya.


“Cobalah. sekali saja.” ujarnya “ini sama seperti anak-anak pergi berkemah.”


Belakangan, Aviad menyadari bahwa menggunakan contoh anak-anak untuk membujuk Maya adalah tindakan yang kurang peka setelah peristiwa keguguran yang baru lewat dua bulan. Tapi, Maya tersenyum pada saat itu dan berkata mungkin saja ia butuh berkemah seperti anak-anak.


Cerita kedua yang ditulis Maya adalah kisah tentang sebuah dunia dimana seseorang hanya bisa melihat orang-orang yang dia cintai. Tokoh protagonisnya adalah seorang lelaki yang mencintai isterinya. Suatu hari, Sang Isteri menabraknya dan gelas yang suaminya pegang jatuh, pecahannya berserakan di atas lantai. Beberapa hari kemudian, ia tak sengaja duduk di atas tubuh suaminya yang sedang tertidur di sofa. Dua peristiwa itu, menurut alasan yang disampaikan isterinya, terjadi karena Sang Isteri sedang sedang melamunkan hal lain dalam pikirannya ; ia tidak melihat suaminya ketika akan duduk. Tapi suaminya menduga bahwa Sang Isteri sudah tidak mencintainya lagi. Untuk menguji dugaannya, ia melakukan perubahan drastis ; ia mencukur separuh kumisnya. Ia pulang ke rumah dalam keadaan kumis yang telah tercukur separuh dan membawa sebuket bunga Anemon. Isterinya mengucapkan terima kasih karena ia telah membawakan bunga dan tersenyum. Laki-laki itu bisa merasakan bagaimana isterinya mencari-cari di udara hanya untuk menciumnya. Maya memberi judul cerita itu “Separuh Kumis” dan memberitahu Aviad bahwa ketika ia membacakan cerita itu beberapa orang menangis.


“Wow,” Kata Aviad kemudian mengecup dahinya. Malam itu keduanya bertengkar gara-gara hal remeh. Maya lupa mengirimkan pesan, atau hal-hal kecil semacam itu. Aviad berteriak padanya. Sebenarnya, Aviad yang bersalah dan akhirnya ia minta maaf. “Saya melewati hari yang seperti neraka di kantor.” katanya, “Apa kau memaafkan saya ?” Maya memaafkannya.


Si Pengajar di kelas menulis telah menerbitkan beberapa novel dan kumpulan cerita pendek. Kedua-duanya tidak terlalu sukses, tapi ia memperoleh review yang positif. Itu yang dikatakan pelayan toko buku di dekat kantor Aviad. Novelnya cukup tebal, tiga ratus enam puluh empat halaman. Aviad membeli buku kumpulan cerita pendek. Ia menyimpan buku itu di meja kerjanya, dan coba membacanya pelan-pelan pada saat istirahat makan siang. Tiap cerita dalam buku itu berlatar negeri asing. Sepertinya cuma usaha untuk melariskan bukunya.Keterangan di sampul belakang buku menyebutkan bahwa penulisnya pernah menjadi guide di Kuba dan Afrika dan perjalanannya ini telah mempengaruhi tulisan-tulisannya. Keterangan itu dilengkapi foto hitam-putihnya yang menunjukkan bahwa ia seorang yang bangga menjadi diri sendiri. Si Pengajar telah mengatakan kepada Maya – Maya menyampaikannya lagi kepada Aviad- kalau kelas menulis selesai, ia mengirim tulisan Maya kepada editor. Dan, meskipun Maya tidak perlu terlalu berharap, penerbit saat ini sedang mencari-cari bakat baru.


Cerita ketiga yang ditulis Maya mulai lucu. Cerita itu tentang seorang perempuan yang melahirkan seekor Kucing. Tokoh utama cerita adalah Sang Suami, yang menduga bahwa Kucing itu bukan anaknya. Seekor kucing jantan gendut tidur di atas tutup tempat sampah yang letaknya tepat di bawah jendela kamar mereka. Si Kucing Jantan selalu memberi tatapan yang merendahkan setiap kali Sang Suami lewat untuk membuang sampah. Di akhir cerita, terjadi perkelahian hebat antara Sang Suami dan Si Kucing Jantan. Suaminya melempar batu ke arah si Kucing, yang dibalas dengan gigitan dan cakaran. Sang Suami yang sedang terluka, Sang Isteri dan si anak kucing yang sedang menyusu pergi ke klinik agar Sang Suami mendapat suntikan vaksin anti rabies.


Suaminya merasa sangat malu sekaligus kesakitan. Si Anak Kucing, bisa merasakan kepedihannya, melepaskan diri dari gendongan ibunya dan menjilati wajah sang suami. Si Kucing kemudian mengeong. “Kau dengar itu,” kata Sang Isteri, “Ia memanggilmu Ayah.” Saat itu, suaminya menangis tersedu-sedu. Dan, ketika Aviad membaca bagian itu, ia berusaha agar tidak menangis. Maya mengatakan bahwa ia menulis cerita itu sebelum tahu dirinya hamil untuk kedua kali.




“Aneh ya…” Katanya, “Bagaimana bisa otak saya belum tahu, tapi alam bawah sadar saya sudah tahu kalau saya hamil lagi ?”


Selasa berikutnya, Aviad harus menjemput Maya setelah kelas menulis kreatif. Ia tiba setengah jam lebih awal, memarkir mobilnya, dan pergi menjumpai Maya. Maya terkejut melihatnya, dan Aviad memaksa Maya untuk mengenalkannya dengan Si Pengajar. Si Pengajar menguarkan aroma body lotion. Ia menjabat tangan Aviad dan mengatakan kalau Maya telah memilih Aviad sebagai suami, Aviad mestilah sosok yang istimewa.


Tiga minggu kemudian, Aviad mendaftar pada kelas menulis kreatif untuk pemula. Ia tidak menceritakan hal ini kepada Maya, dan agar aman, ia memberitahu sekretarisnya jika ada telepon dari rumah sekretarisnya harus memberitahu bahwa ia sedang mengikuti rapat penting dan tidak boleh diganggu. Peserta kelas menulis kreatif lainnya adalah para perempuan berusia lanjut yang menatap risih ke arah Aviad. Si Pengajar kelas menulis kreatif ini adalah seorang perempuan bertubuh langsing yang mengenakan tutup kepala. Para perempuan di kelas menggosipkan Si Pengajar, mengatakan bahwa ia tinggal di wilayah konflik dan mengidap kanker. Si Pengajar meminta para peserta berlatih menulis otomatis,


“Tulis apa saja yang ada di dalam kepalamu,” katanya, “Jangan memikirkan apapun, tulis saja.”


Aviad mencoba berhenti berpikir. Rasanya sulit sekali. Peserta lain -para perempuan berusia lanjut- disekelilingnya menulis dengan kecepatan luar biasa yang membuat Aviad gugup, mereka seperti murid-murid yang coba menyelesaikan soal ujian sebelum disuruh gurunya untuk berhenti. Setelah beberapa menit lewat, Aviad juga mulai menulis.


Cerita yang ia tulis adalah tentang seekor ikan yang sedang berenang dengan bahagia di lautan lepas ketika tiba-tiba seorang penyihir jahat mengubahnya menjadi seorang lelaki. Si ikan tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia telah diubah menjadi seorang lelaki dan ia mengejar si penyihir jahat agar ia bisa diubah kembali menjadi seekor ikan. Karena si lelaki dulunya adalah ikan yang menawan, dalam usaha pengejarannya itu, si lelaki menikah bahkan membangun perusahaan kecil-kecilan yang mengimpor plastik dari negeri timur jauh. Berbekal pengetahuannya yang cukup luas sebagai seekor ikan yang pernah menjelajahi tujuh samudera, perusahaannya mulai berkembang bahkan dijadikan perusahaan publik. Sementara itu, si penyihir jahat yang mulai lelah berbuat jahat, memutuskan untuk mengumpulkan semua manusia dan ciptaan yang pernah ia mantrai, meminta maaf dan mengembalikan mereka ke wujud asalnya. Ia bahkan pergi menjumpai Si Ikan yang telah diubahnya menjadi seorang lelaki. Sekretaris Si Ikan meminta Si Penyihir untuk menunggu karena Si Ikan sedang rapat lewat satelit dengan rekannya yang bermukim di Taiwan. Saat itu, Si Lelaki bahkan sudah lupa kalau ia sebenarnnya seekor ikan, dan perusahaannya telah menguasai separuh dunia. Si Penyihir menunggu selama beberapa jam, tapi ketika disadarinya bahwa rapat itu belum akan berakhir, ia menaiki sapu terbangnya dan pergi begitu saja. Si Ikan terus mengalami kemajuan dalam hidupnya, sampai suatu hari, ketika ia benar-benar telah tua, ia melihat dari jendela rumah di tepi pantai yang ia beli, dan ia melihat lautan lepas. Tiba-tiba, ia ingat bahwa ia adalah seekor ikan. Seekor ikan yang sangat kaya yang telah menguasai banyak anak perusahaan, perusahaan yang sahamnya dilelang di seluruh dunia. Tapi, tetap saja ia seekor ikan. Seekor ikan yang telah bertahun-tahun tidak lagi pernah merasakan asinnya laut lepas.


Ketika Si Pengajar melihat bahwa Aviad telah melepas bolpoinnya, ia memandanginya dengan rasa ingin tahu. “Saya tidak punya akhir cerita,” bisik Aviad meminta maaf, sambil menjaga agar suaranya tidak terdengar para perempuan paruh baya yang masih menulis.


----------------------------------------------------------------------
Etgar Keret adalah seorang penulis Israel yang lahir pada 20 Agustus 1967. Ia menulis cerita pendek, naskah film dan drama televisi. Karya ini diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Inggris oleh Sondra Silverston, ditayangkan di The New Yorker.
Baca Juga

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments