Macam-macam
paragraf pembuka cerpen:
Percakapan
Banyak orang
yang mengatakan jika percakapan bukanlah pembuka yang cocok untuk suatu naskah.
Alasannya karena kita tidak mengenal tokoh yang berbicara. Tapi aku berani
mengatakan jika hal itu tidak benar.
Percakapanpun
bisa menjadi hal yang menarik jika kita mau mengolahnya dengan baik.
Berikut adalah
beberapa contoh yang aku ambil dari karya-karyaku terdahulu.
Contoh:
"Pembayaran hutang untuk kali ini tidak ada
masalah bukan?" gadis bersurai hitam gelap itu berkata sambil menata
dokumen-dokumen yang berserakan di hadapannya. "Aku akan berusaha
melunasinya secepat mungkin. Terjerat hutang adalah hal terakhir yang aku
butuhkan untuk menyambut ulang tahunku kali ini."
Dari deskripsi
di atas saja, kita sudah dapat menyimpulkan jika gadis yang tengah berbicara
memiliki rambut hitam dan tengah membayar hutang. Ini adalah salah satu contoh
paragraf pembuka berbentuk dialog dengan penjelasan di dalam paragraf yang
sama.
Atau jika kalian tidak ingin menibankan penjelasan
dalam satu paragraf awal, berikut adalah contoh lain yang bisa kalian pilih.
"Janganlah mencoba untuk menyamai malaikat, Kartika. Jangan pernah.
Karena kita adalah makhluk yang berlumuran dosa. Sampai matipun kita tak akan
dapat menyetarai mereka. Ya, sampai matipun akan selamanya sama…"
Atau:
“Gadis itu mendongak menatap mata wanita yang
memangkunya. Warna yang sangat indah, hitam. Sekelam langit malam tak
berbintang. Gadis itu genggam tangannya yang tak seberapa halus, mencoba
menenangkan pikiran kalut sang wanita bermata malam itu. "Aku tak pernah
mencobanya. Aku juga tak tertarik untuk mencobanya. Menjadi suci terdengar
membosankan untukku."
Kalian bisa
membuat deskripsi tentang siapa yang berbicara dengan memanfaatkan tokoh lain
yang menimpali perbincangan itu.
Sebenarnya masih ada beberapa jenis lagi dari jenis
paragraf pembuka ini yang bisa aku tampilkan, tapi takutnya kita jadi tak
sempat membahas paragraf lain. Jadi lanjut ke tipe paragraf berikutnya!
Penggambaran Setting
Terdengar klise?
Memang. Aku sendiri tak cukup munafik untuk mengatakan jika aku akan langsung
meninggalkan FF dengan pembukaan: ‘Pagi yang cerah di kota xxxx, langit biru
berpadu dengan awan putih, …’
Tapi bukan berarti kita tidak bisa membuat pembukaan
menggunakan jenis paragraf ini.
Setting tak
harus tempat, bisa berupa suasana ataupun waktu. Tempat tak harus di suatu
kota, suasana tak harus tenang dan waktu tak harus di pagi hari. Ada banyak
pilihan dan kombinasi lain yang bisa kalian pilih untuk tipe pembukaan ini.
Berikut adalah
beberapa contohnya:
Malam yang sunyi. Hanya hembusan angin yang
berani mengusik ketenangan sang Diana yang tengah merajai bagian bumi utara
ini. Kepingan-kepingan awan yang jatuh menghujani kota Saint Petersburg ini
membuat pemandangan malam terlihat sempurna dengan warna putih monoton, meskipun termometer menunjukkan suhu minus lima derajat celcius di tubuhnya.
Ada juga yang berupa latar
suasana.
Langkahnya terasa berat menyusuri puing-puing
bangunan yang hancur berantakan. Matanya terus terarah pada tanah, takut-takut
jika tanpa sengaja ia menginjak potongan tubuh yang hancur berantakan.
Ini adalah gabungan
pembukaan dengan tipe latar dan tindakan. Dari tindakan yang dilakukan sang
tokoh, kita bisa sembari lalu membuat setting. Keuntungan tipe ini adalah kesan
yang mengalir dan tidak terasa dipaksakan deskripsinya.
Bagian dari cerita
Untuk pembukaan tipe ini bisa dibagi menjadi tiga jenis: masa lalu,
masa kini dan masa depan.
Untuk masa lalu, kita dapat mengambil flashback dari masa lalu kisah si
tokoh, baru setelah itu kita mulai cerita sesungguhnya.
Gadis itu menjerit ngeri melihat darah yang menggenangi ruang
keluarganya. Karpet yang ia pijak kini tak lagi terasa nyaman di jemari
mungilnya. Rasanya hangat dan lembab. Juga lengket. Lengket oleh cairan merah
yang keluar dari tubuh kedua orang tuanya…
setelah itu baru kita mulai cerita sesungguhnya. Misalkan pada
deskripsi di atas si gadis masih berusia 8 tahun. Kita mulai cerita dengan
gadis yang kini sudah berusia 16 tahun dan terus berusaha mencari pembunuh
orang tuanya.
Lalu untuk
contoh masa kini. Ini dapat berupa deskripsi yang terjadi di masa kini sebelum
kamu menjelaskan kembali mengapa kejadian itu bisa terjadi. Contohnya:
Flippy benar-benar hanya mampu menelan ludah saat
merasakan benda tajam itu mengoyak pakaiannya. Menjadikannya serpihan-serpihan
yang tak berbentuk.
Ah, tampaknya ia telah tahu resolusi apa yang
akan ia lakukan untuk tahun ini….
Baru setelah
kalian selesai mendeskripsikannya, kalian kembali ke masa lalu. Mengapa itu
bisa terjadi? Siapa yang melakukannya? Dll.
Lalu untuk masa
depan. Ini biasanya akan makan satu prolog sendiri karena merupakan pancingan
agar pembaca tertarik untuk membacanya.
Suasana Hati Si Tokoh
Ini adalah yang
paling sering aku pakai. Soalnya aku hobi bikin FF dan OF galau >_<
Seperti yang aku
katakan, ini paling cocok untuk cerita angst. Tapi tak menutup kemungkinan
untuk cerita misteri atau yang lainnya. Berikut adalah contohnya:
Adalah sebuah keganjilan jika aku mencintainya.
Memendam rasa padanya adalah sebuah anugrah bernoda kutukan yang
menjerumuskanku dalam ngerinya surga dan indahnya neraka. Ya, ini adalah sebuah
perasaan yang tak seharusnya kurasakan, sebuah emosi yang seharusnya kulupakan.
Namun apa daya, Tuhan menciptakanku bukan untuk merasakan kehancuran akibat
mencintainya, selalu ada gadis yang terlahir dengan tulang rusukku sebagai
asalnya. Jodohku.
Dan menyesallah diriku karena tulang rusuk tak
akan tumbuh menjadi seorang pemuda. Dia bukanlah tulang rusukku, dan aku juga
bukanlah tulang rusuknya.
Seharusnya dengan hal ini saja aku telah
menyadari jika kebersamaan kita bukanlah kehendak-Nya.
Dengan Aksi!
Ini yang paling
aku cintai #dor
Aksi selalu
memancing rasa penasaran orang lain. Aku kasih contohnya.
DUAR!!
Levi tak perlu menoleh dan bertanya ledakan apa yang ia dengar. Sudah
ketiga kalinya dalam sepekan terakhir ia mendengar suara yang sama dari ruang
kerja di sampingnya. Pasti gadis bodoh itu lagi-lagi meledakkan hasil
penelitiannya.
Nggak terlalu
aksi ya? Oh sudahlah. Ledakan tentu saja akan menarik minat pembaca.
Apa yang
meledak? Siapa yang melakukannya? Dan pertanyaan lainnya. Setidaknya itu yang
biasanya aku rasakan.
Atau misalnya
contoh yang ini:
Rose mendecih kesal. Digenggamnya senapan laras panjang itu erat-erat.
Jangan sampai lengah, salah satu langkahpun ia bisa mati.
“Jasmine!” ia berteriak pada microphone kecil yang dipasang di kerahnya.
“Kapan Orchid dan Lily akan datang?!”
“Bertahanlah sepuluh menit lagi, Rose!” teriak gadis di seberang sana.
Rose mendecih kesal. Memangnya bertahan hidup sepuluh menit di ladang
ranjau adalah hal yang gampang apa?!
Tak harus aksi yang keras
juga. Kalian bisa menggunakan aksi ringan seperti:
Sirius Black duduk di tepian ranjangnya
dengan muka serius. Sesekali dia menggerutu pelan dan mengacak surai hitamnya
dengan frustasi. Lalu setelah itu dia akan kembali diam sembari menyangga
kepalanya dengan sebelah tangan sambil mengguman tak jelas.
Tentu saja pemandangan
ganjil ini membuat teman sekamarnya yang tak lain tak bukan adalah Remus Lupin
mengernyitkan alisnya heran. Bagaimana salah seorang teman sekamarnya yang
terkenal tak bisa diam ini terlihat amat frustasi?
To Be Continue