Linkkoe Jurnal: Pengertian Alur dalam Penulisan Cerita atau Karya Fiksi
Tampilkan postingan dengan label Pengertian Alur dalam Penulisan Cerita atau Karya Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengertian Alur dalam Penulisan Cerita atau Karya Fiksi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Maret 2022

Pengertian Alur dalam Penulisan Cerita atau Karya Fiksi

Pengertian Alur dalam Penulisan Cerita atau Karya Fiksi



 

alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat

Pengertian Alur dalam Penulisan Cerita atau Karya Fiksi

Alur menurut Stanton (2007:26) adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi, tiap kejadian itu yang hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Priyatni (2010:112) mengatakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat. Dengan demikian, penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urutan waktu saja belum merupakan alur. Agar menjadi sebuah alur, peristiwa-peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati secara kreatif.

Pendapat-pendapat di atas memiliki kesamaannya, yaitu kesemuanya menekankan adanya hubungan sebab-akibat pada rentetan peristiwa di dalam karya sastra (novel). Peristiwa-peristiwa tersebut di dalam cerita dimanisfestasikan melalui perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh (utama) cerita. Dikatakan oleh Priyatni bahwa peristiwa yang ditampilkan dalam cerita tidak lain dari perbuatan dan tingkah laku para tokoh, baik yang bersifat verbal maupun fisik, baik yang bersifat fisik maupun batin.

Peristiwa-peristiwa cerita (alur) dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita. Bahkan, pada umumnya peristiwa yang ditampilkan dalam cerita tidak lain dari perbuatan dari tingkah laku para tokoh, baik yang bersifat verbal maupun perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Namun, tidak dengan sendirinya semua tingkah laku kehidupan manusia boleh disebut (berisi) alur.

Alur sebuah karya fiksi memiliki sifat misterius karena menampil- kan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik atau bahkan mencekam pembaca. Hal itu mendorong pembaca untuk mengetahui kejadian-kejadian berikutnya. Sifat misterius alur tersebut tampaknya tidak berbeda halnya dengan pengertian suspens, rasa ingin tahu pembaca. Unsur suspens merupakan suatu hal yang sangat penting dalam alur sebuah karya naratif. Unsur inilah, antara lain, yang menjadi pendorong pembaca untuk mau menyelesaikan novel yang dibacanya.

Salah satu cara untuk membangkitkan suspens sebuah cerita adalah dengan menampilkan apa yang disebut foreshadowing. Foreshadowing merupakan penampilan peristiwa tertentu yang bersifat mendahului. Foreshadowing biasanya ditampilkan secara tidak langsung terhadap peristiwa penting yang akan dikemukakan kemudian. Foreshadowing dapat dipandang sebagai pertanda akan terjadinya peristiwa atau konflik yang lebih besar atau lebih serius. Pertanda, pembayangan atau barang- kali semacam isyarat (firasat) itu dalam cerita tradisional sering berupa mimpi-mimpi tertentu, kejadian-kejadian tertentu, atau tanda-tanda lain yang dipandang orang (dari kelompok sosial tertentu) sebagai suatu isyarat, firasat, tentang bakal terjadinya suatu bencana. Berikut contoh foreshadowing yang terdapat di dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk“ karya Ahmad Tohari:

Tak seorang pun di Dukuh Paruk tahu. Segumpal cahaya kemerahan datang dari langit menuju Dukuh Paruk. Sampai di atas pedukuhan cahaya itu pecah, menyebar ke segala arah. Seandainya ada manusia Dukuh Paruk yang melihatnya, dia akan berteriak sekeras-kerasnya. “Antu tawa. Antu tawa. Awas, ada antu tawa! Tutup semua tempayan! Tutup semua makanan!” (Ronggeng Du- kuh Paruk, hlm. 22).

Kutipan di atas merupakan contoh adanya isyarat/pertanda bahwa akan terjadi sesuatu hal di Dukuh Paruk. Petanda itu berupa segumpal cahaya kemerahan yang dikatakan sebagai ‘antu tawa’. Petanda tersebut mengantarkan pembaca pada malapetaka tempe bongkrek yang terjadi di Dukuh Paruk. Malapetaka tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat Dukuh Paruk meninggal karena keracunan tempe bongkrek.

Copyright

Review

Food

pendidikan