Linkkoe Jurnal: alur cerita

Tools

Tampilkan postingan dengan label alur cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alur cerita. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Maret 2022

Pembedaan Alur Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu/Pengisahan dalam Karya Fiksi



Pembedaan Alur Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu/Pengisahan dalam Karya Fiksi






Pembedaan Alur Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu/Pengisahan dalam Karya Fiksi



Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Dengan kata lain, urutan penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, da- lam hal ini berkaitan dengan logika cerita. Dengan mendasarkan diri pada logika cerita itu, pembaca akan dapat menentukan per- istiwa mana yang terjadi lebih dahulu dan mana yang lebih kemudian, terlepas dari penempatannya yang mungkin berada di awal, tengah, atau akhir teks. Dengan demikian, urutan waktu kejadian ini ada kaitannya dengan tahap-tahap alur di atas. Oleh karena pengarang memiliki kebebasan kreativitas, ia dapat memanipulasi urutan waktu kejadian sekreatif mungkin, tidak harus bersi- fat linear-kronologis. Dari sinilah secara teoretis dapat dibedakan alur ke dalam dua kategori, yaitu kronologis dan tidak kronologis. Yang kedua, yaitu sorot-balik, mundur, flash-back, atau dapat juga disebut regresif

Alur sebuah cerkan dikatakan progresif jika peristiwa- peristiwa yang ditampilkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa yang kemudian. Jika dituliskan dalam bentuk skema, alur progresif tersebut akan berwujud sebagai berikut.



A....................B.................. C.......................D....................E


Simbol A melambangkan tahap awal cerita, B-C-D melambangkan kejadian-kejadian berikutnya dan E merupakan tahap penyelesaian. Alur progesif biasanya menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan, tidak berbelit-belit dan mudah dii- kuti. Novel “Laskar Pelangi” dapat dikatakan sebagai novel yang memiliki alur progresif.

Sebaliknya pada alur sorot balik, flash-back, urutan kejadian tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Karya yang beralur jenis ini, dengan demikian, langsung menyuguhkan ad- egan-adegan konflik, bahkan barangkali konflik yang telah mer- uncing. Padahal, pembaca belum lagi dibawa masuk mengetahui situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan pertentangan itu, yang semuanya itu dikisahkan justru sesu- dah peristiwa-peristiwa yang secara kronologis terjadi sesudah- nya. Alur sebuah karya yang langsung menghadapkan pembaca pada adegan-adegan konflik yang telah meninggi, langsung menerjunkan pembaca ke tengah pusaran pertentangan disebut seba- gai alur in median res jika digambarkan dalam bentuk skema, alur sorot balik tersebut, misalnya untuk novel “Keluarga Permana” sebagai berikut:


D1...............A.................B.................C.................D2................E

D1 berupa awal penceritaan yang berintikan meninggalnya Farida. Kemudian A, B, C adalah peristiwa-peristiwa yang disorot balik yang berintikan kemelut pada rumah tangga Permana sampai Farida dikawinkan dengan Sumarto. D2 dan E berupa kelanjutan langsung peristiwa-peristiwa awal D1 yang berintikan kegoncangan jiwa Permama akibat meninggalnya Farida, anak semata wayangnya.

Kemudian dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban”, pengarang juga menggunakan alur sorot balik. Di awal cerita pengarang menampilkan tokoh Annisa yang sudah memiliki anak, tetapi tidak dijelaskan ayah dari sang anak. Cerita selanjutnya, pengarang menggiring pembaca untuk masuk dalam kehidupan Annisa di waktu kecil ketika ia masih hidup dengan kedua orang tuanya maupun kedua kakak laki-lakinya. Digambarkan juga kehidupan ketika dewasa, pernikahannya serta perceraian dengan Samsudin. Setelah cerai dengan Samsudin menikah dengan Khu- dori dan mendapat anak satu sampai Khudori mendapat kecela- kaan dan meninggal. Adapun skema alur “Perempuan Berkalung Sorban”, dapat digambarkan sebagai berikut:


E…………A…………B…………… C……………D

Teknik pembalikan cerita ke tahap sebelumnya dapat dilakukan melalui beberapa cara. Mungkin pengarang “menyuruh” tokoh merenung kembali ke masa lalunya, menuturkannya kepada tokoh lain baik secara lisan maupun tertulis, tokoh lain yang menceritakan masa lalu tokoh lain, atau pengarang sendiri yang menceritakannya. Teknik flash-back lebih sering menarik karena sejak awal membaca buku, pembaca langsung ditenangkan, lang- sung “terjerat” suspens, dengan tidak terlebih dahulu melewati tahap perkenalan seperti pada cerkan beralur progesif.

Barangkali tidak ada cerkan yang secara mutlak beralur lurus-kronologis atau sebaliknya sorok-balik. Secara garis besar alur sebuah cerkan mungkin progresif, tetapi di dalamnya beta- papun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-adegan sorok- balik, begitu pula sebaliknya. Bahkan, sebenarnya boleh dikatakan tidak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak flash back. Hal ini disebabkan jika yang demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit, untuk tidak dikatakan tidak bisa mengikuti cerita yang diberikankan secara terus-menerus secara mundar.

Pengategorian alur sebuah cerkan ke dalam progesif atau flash-back sebenarnya lebih didasarkan pada yang lebih menonol. Hal ini disebabkan pada kenyataannya sebuah cerkan umumnya akan berisikan keduanya, atau beralur campuran: progresif-regresif. Bahkan, kadang kala sulit untuk menggolongkan alur sebuah cerkan ke dalam salah satu jenis tertentu berhubung ka- dang keduanya hampir berimbang.

Copyright

Review

Food

pendidikan